Teringat saat membawakan materi umum di smp darul wasilah
cisarua bogor. aku yang awalnya mendapat amanat untuk menggantikan guru sejarah
kebudayaan islam justru membawakan materi yang membelot dari kontrak awal yang
disepakati oleh kami berdua (Pak Junaedi dan aku).
Pak njun sapaan akrabnya mengarahkan ku agar membawakan
materi dinasti umayah untuk kelas 8. Sejenak ku berfikir, apakah nantinya
jikalau aku membawakan materi ini akan ada perubahan dalam jiwa masing-masing murid
setelah ku selesai mengajar disana, mengingat waktu yg diberikan hanya satu
minggu.
Naluri sebagai seorang mahasiswa yang katanya adalah seorang
yang membawa perubahan, dengan cepat ku ambil sebuah keputusan untuk mengganti
materi sejarah dengan materi yang lain. Suatu materi yang entah nantinya akan
berbekas dalam jiwa dan pikiran mereka (my hope).
Terbesit dalam benak ini masa-masa ku duduk dibangku smp
dulu, dimana saat itu semangat belajar seorang Qomi Uthugyan masih sangat
penuh, rasa ingin tahu akan sesuatu yang baru selalu menggelayoti pikiran
sebelum itu dapat terpecahkan. Entah disebut apa rasa yang seperrti itu, yang
jelas aku takkan rela jika ada teman yang melampaui prestasi ku dalam hal
apapun. Inilah rasa yang seharusnya semua murid di Indonesia dapat merasakanya.
Pengalaman itu kujadikan batu loncatan untuk membawakan
materi tanpa judul yang kukaitkan sedikit dengan materi sejarah, aku
menggambarkan bagaimana seorang Bill Gates dapat menjadi orang terkarya di dunia,
bagaimana seorang Bill selalu mencintai apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa
yang dia cintai. Hanya karena hobi dan kecintaanya kepada komputer dia melahap
habis seluruh jenis buku komputer di perpustakaan sekolahnya dalam waktu satu
minggu. Bill menganggap komputer adalah separuh jiwanya, dia dapat duduk
berjam-jam bahkan berhari-hari untuk memperoleh sesuatu pengetahuan yang baru
dari barang ke gemaranya tersebut. Atas perjuanganya dia berhasil mendirikan
sebuah perusahaan piranti computer yang kelak membawa namanya begitu dikenal sebagai
orang terkaya di dunia, bahkan rumornya, jika seluruh kekayaan Bill ditukar
dengan uang koin. Maka koin tersebut dapat dibuat jalan membentang dari bumi
hingga ke bulan.
Setelah selesai menggambarkan seorang Bill, aku kembali
bertanya kepada murid-murid kelas 8.
“Siapakah presiden pertama Indonesia?”. Serempak mereka menjawab “ Soekarno
ka..”.
Benar sekali adik-adik, Soekarno adalah presiden pertama sekaligus pendiri
bangsa Indonesia. Soekarno merupakan seorang yang sangat cerdas, berpengetahuan
luas dan juga visioner. Bapak founding father kita ini mampu menguasai empat
bahasa asing sekaligus semenjak SMA, bahasa belanda, inggris, jepang dan rusia.
Jadi kita tak perlu heran bagaimana dia mampu mempersatukan seluruh tanah air
bahkan dunia Internasional. Teringat saat bagaimana beliau membawakan pidato
yang berapi-api di sidang PBB, sehingga gemuruh tepuk tangan terdengar
membahana kala itu.
Soekarno adalah seseorang yang sangat dihargai di mata
dunia, bukan hanya kepintaranya tapi juga karena isi-isi pidatonya yang berani
dan sangat visioner. Beliau adalah orang hebat yang berdarah Indonesia asli.
Nah kalau Soekarno bisa kenapa kita tidak? Kalau Bill bisa kenapa kita tidak, padahal
kita sama memiliki waktu yang sama. Semua orang hebat dan superpower didunia
memiliki waktu yang sama, yaitu dua puluh empat jam. Beruntungnya tuhan tidak
membedakan jatah waktu mereka dengan kita. yang perlu jadi perhatian adalah
Soekarno, Bill, Napoleon, Hitler, Mark, Gandhi dan seluruh pemimpin besar dunia,
mereka punya satu hobi dan kebiasaaan yang sama, yaitu membaca. Maha benar
Allah dengan segala firmanya yang menurunkan ayat pertama yang mengingatkan
urgensi membaca “Iqra bismi rabbikaladzi khalaq”. Anda ingin jadi orang hebat
seperti mereka, caranya simpel, cukup pahami ayat tersebut baik-baik.
Masih banyak lagi yang kusampaikan dikelas pada hari itu,
Nampak raut wajah adik-adik begitu serius dan bersemangat. Ku lihat jiwa mereka
ada yang terbakar, melonjak-lonjak saat kembali kutanya ini itu tentang
komentar dan masa depanya. Sungguh sesuatu yang luar biasa jika dalam setiap
kelas timbul satu orang yang mempunyai semangat menyala seperti Soekarno, tak
bisa dibayangkan bagaimana majunya bangsa ini nanti.
Tidak cukup nampaknya jika materi se- kompleks ini kubawakan
dalam waktu hanya satu atau dua jam, dan lebih celakanya aku hanya diberi waktu
20 menit di setiap kelas, hanya 20 menit, bukan main bung. Namun waktu itu
begitu berarti saat ku bisa membagikan apa yang ku miliki walau hanya sedikit.
Seperti kata pepatah yang sering ku dengar dulu “sampaikan ilmu walau satu
ayat”.
